Bacalah
Anggap Saja Puisi
fotoku, dipotret oleh seorang kawan yang lagi sibuk, ku paksa saja :) |
Sebenarnya
sudah sejak masih duduk di bangku SMP dulu aku sudah gemar menulis. Entah
cerpen, novel yang tak kunjung selesai, juga beberapa puisi. Ya, kali ini aku
menulis puisi juga. Anggap saja ini puisi. Tak usah pedulikan nilai
kesastraannya, karena aku menulisnya berdasarkan apa yang ada di kepala, bukan
yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia, maupun dalam Buku Pelajaran Sastra
Indonesia.
Entahlah, semoga kau tidak membenci
kaya-karya tulisku yang biasa saja ini. Karena yang ku tulis ini adalah tentang seseorang.
Lenna
Nona, tolong jelaskan,
Indah itu apa?
Sebab aku tidak melihat
Sebagus yang melekat padamu.
Nona, jangan senyum
Kasihan pelangi
Ia tak kuasa menandingi
Indahnya senyummu
Nona, mengapa kau belum jua terlelap?
Jangan kau tanya kepadaku
Aku sedang sibuk, nona
Memikirkan dan merindukanmu.
Nona, selepas berjumpa denganmu
Aku mulai menyadari,
Ternyata yang indah itu tak hanya pelangi
Seabad
Aku sungguh ingin mencintaimu
Untuk satu tahun ini
Sepertinya aku bisa
Setahun kan? Sudah lewat malah
Aku sungguh ingin mencintaimu
Untuk sepuluh tahun ini
Tapi tidak janji,
Kau belum tentu mau menikah denganku
Aku sungguh ingin mencintaimu
Untuk seratus tahun ini
Tapi tidak janji,
Sepertinya umurku tidak selama itu.
Hujan dan Rindu
Baru saja hujan pergi
Menanggalkan sepercik rindu
Di depan pintu rumahku
Rindu yang berat
Tega sekali meninggalkannya disana
Mungkin juga ia sengaja
Agar, kelak kau datang kemari
Untuk mengambilnya kembali
Kau bilang menyukai hujan
Sebaiknya jangan, sayang
Sebab kau akan kebasahan
Lebih baik kau menyukai aku
Sebab aku, suka padamu
Kau takut, besok kau tak mencintaiku lagi?
Bagaimana bisa kau berfikir seperti itu?
Sedang ku takut, besok ku masih mencintaimu
Saat kau sudah tidak.
Tanpa terasa terang pun mulai turun
Merah sendu itu terkikis oleh langit malam
Seraya sepasukan bintang berhamburan
Merayap di langit bekas hujan
“Apa yang sedang kau lakukan?”
Lekaslah ku jawab,
“Aku sedang menyediakan ruang dan waktu
Untukmu dan pikiranku,
Yang tergabung dalam sebuah rindu”
Kau tersenyum seperti tiada hari esok
Mungkin kau memang sedang cantik-cantiknya.
Sialan, aku terpesona lagi dan lagi!
0 komentar: